RONGGENG DUKUH PARUK
Collection Location | Perpustakaan Universitas Nusantara PGRI Kediri |
Edition | |
Call Number | 899.2213 AHM R |
ISBN/ISSN | 9792201963 |
Author(s) | Ahmad Tohari |
Subject(s) | fiksi |
Classification | 899.2213 |
Series Title | GMD | Text |
Language | Indonesia |
Publisher | Gramedia Pustaka Utama |
Publishing Year | 2023 |
Publishing Place | Jakarta |
Collation | 408 hlm.; 21 cm |
Abstract/Notes | Ronggeng Dukuh Paruk adalah sebuah judul novel dari trilogi novel karya Ahmad Tohari yang merupakan novel pertama dari trilogi tersebut. Dua judul lainnya adalah Lintang Kemukus Dini Hari dan Jantera Bianglala. Novel ini–Ronggeng Dukuh Paruk, membuka ceritanya dengan mendeskripsikan suatu keadaan sebuah perkampungan di daerah Jawa. Memuat cerita kehidupan dan adat kebiasaan masyarakat di Dukuh Paruk, dukuh ini terletak pada sebuah wilayah di Jawa dengan kondisi memprihatinkan: terbelakang dan melarat, serta memiliki penduduk yang memelihara kebodohan dan rasa malas. Namun, pedukuhan ini memiliki suatu kebiasaan yang menjadi ciri khasnya, yaitu ronggeng. Sinopsis Semangat Dukuh Paruk kembali menggeliat sejak Srintil dinobatkan menjadi ronggeng baru, menggantikan ronggeng terakhir yang mati dua belas tahun yang lalu. Bagi pedukuhan yang kecil, miskin, terpencil, dan bersahaja itu, ronggeng adalah perlambang. Tanpanya, dukuh itu merasa kehilangan jati diri. Dengan segera Srintil menjadi tokoh yang amat terkenal dan digandrungi. Cantik dan menggoda. Semua ingin pernah bersama ronggeng itu. Dari kaula biasa hingga pejabat-pejabat desa maupun kabupaten. Namun malapetaka politik tahun 1965 membuat dukuh tersebut hancur, baik secara fisik maupun mental. Karena kebodohannya, mereka terbawa arus dan divonis sebagai manusia-manusia yang telah mengguncangkan negara ini. Pedukuhan itu dibakar. Ronggeng beserta para penabuh calungnya ditahan. Hanya karena kecantikannya lah Srintil tidak diperlakukan semena-mena oleh para penguasa di penjara itu. Namun pengalaman pahit sebagai tahanan politik membuat Srintil sadar akan hakikatnya sebagai manusia. |
Specific Detail Info | |
Image | |
Back To Previous |